MAKALAH
KINERJA
PERUSAHAAN
1.
Jenis Laba
Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan,
yang memaksa perusahaan agar menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan dapat
bersaing dengan perusahaan lain. Untuk melakukan aktivitas, perusahaan
membutuhkan dana atau modal baik yang diperoleh dari investor maupun kreditur.
Oleh sebab itu perusahaan akan menunjukkan kinerja yang baik, yang dapat diukur
dari laba yang diperoleh perusahaan. Agar dapat bersaing, perusahaan dihadapkan
pada kondisi agar lebih transparan mengungkapkan data atau informasi dalam
laporan keuangan, sehingga akan membantu para pengambil keputusan dalam
mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan.
Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah
perusahaan, Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
1. Laba kotor, Laba kotor adalah
selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan
2. Laba Operasional, Laba Operasional
merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan
kecuali ada perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan
akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan
perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik
modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau
EBIT (Earning Before Tax) , Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi
ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu
terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini
menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih,
Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan
kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil
sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para pemegang saham.
Pengertian Laba Menurut Suwardjono
(2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan
barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya
(biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)
2.
Manajemen Laba dan Kualitas Laba
Berbicara tentang kualitas laba akan
berhubungan dengan bagaimana laba itu “dihasilkan”. “dihasilkan” berarti laba
tersebut merupakan suatu bentuk hasil pertanggungjawaban penyusun laporan
keuangan, dalam hal ini manajemen perusahaan. Hal ini berarti laba yang
dilaporkan perusahaan adalah hasil dari penggunaan teknik-teknik pelaporan
tertentu yang dipilih oleh manajemen perusahaan. Teknik-teknik itulah yang
umumnya disebut manajemen laba (earning management).
Manajemen laba sebenarnya adalah hal
yang wajar dilakukan di setiap perusahaan, bisa dipastikan setiap perusahaan
pasti melakukan manajemen laba. namun, seiring dengan terjadinya
kecurangan-kecurangan dalam pelaporan keuangan (financial reporting), earning
management menjadi bermakna negatif. Ortega and Grant (2003) menyatakan bahwa
earning management menggunakan fleksibilitas dalam pelaporan keuangan untuk
menghasilkan angka-angka yang berbeda. Bisa dikatakan, penyaji laporan keuangan
akan mencari berbagai fleksibilitas untuk menyajikan angka-angka yang sesuai
dengan keinginan mereka. Dengan kata lain, angka-angka yang dihasilkan lebih
menunjukkan sesuatu yang diinginkan oleh penyusun ketimbang menyajikan yang
sesungguhnya.
Perlu kita ingat dalam kerangka
Pernyataan Standar Akuntansi, laporan keuangan akan digunakan berbagai pihak. antara
lain investor, kreditor, ataupun masyarakat. Bagi investor dan Kreditor,
laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dalam pengambilan
keputusan. Misalnya, apakah mereka akan berinvestasi pada perusahaan tersebut?
Berapa yang akan diinvestasikan? Apakah mereka akan memberikan pinjaman? Dsb
Bagi masyarakat bisa berfungsi
sebagai dasar penilaian secara umum mengenai kinerja perusahaan, jika informasi
ini tidak menyajikan yang sesunggunya, maka keputusan yang diambil bisa juga salah
Pertanyaan yang tentunya akan muncul
adalaha kenapa manajemen harus memanage laba? Ada beberapa alasan yang
diungkapkan Abdelghany (2005).
·
Memperoleh hasil analisa yang bagus
Laporan
keuangan seringkali juga dibaca oleh analis. Kompnen yang biasanya dilihat
adalah pendapatan dan laba operasional. Setiap perusahaan tentunya ingin
memperoleh hasil analisa yang baik..apalagi jika hasil analisa tersebut akan
dipublikasikan. Biasanya hal ini lebih berkaitan dengan laporan yang sifatnya
periodik (bukan laporan keuangna tahunan), Misalnya analisa yang dilakukan oleh
Koran atau majalah keuangan mengenai quarter report perusahaan tertentu tentunya
perusahaan ingin memeproleh hasil yang baik, sehingga seringkali mereka
memanipulasi penjualan ataupun laba mereka untuk menunjukkan kinerja periode
berjalan yang baik.. di artikelnya, Abdelghany (2005) juga menyebutkan bahwa
beberapa perusahaan seperti Coca Cola tidak lagi menyediakan laporan quarter
karena menurut mereka itu akan mengalihkan focus mereka ke perkiraan perkiraan
jangka pendek dan justru mengabaikan stragtegi jangka panjang mereka.
·
Menghindari pelanggaran perjanjian utang
Ada beberap perjanjian utang yang
didasarkan pada jumlah laba tertentu. Misalnya perjanjian untuk menyediakan
fasilitas tertentu, selama laba perusahaan berada pada persentase tertentu dari
total penjualan. Apabila angka tersebut tidak tercapai, maka perushaaan akan
dikenai penalty tertentu. Apabila angka tersebut tidak tercapi, maka perusahaan
akan berusaha mencari cara tertentu dengna melakukan manajemen laba agar
tercapai angka tersebut dan terhindar dari penalty.
·
Alasan politis
Bisanya
berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang dapat diintervensi oleh pemerintah.
Misalnya perusahaan gas atau minyak jika pendapatan perusahaan minyak
menunjukkan angka yang tinggi bisa terjadi pemerintah akan campur tangan untuk
menurunkan harga mereka, atau bisa jadi mereka dikenai pajak tambahan karena
jumlah penjualan yang terlalu tinggi.
·
Memperoleh tren laba yang mulus atau stabil
Pendapatan
dan laba yang stabil lebih disukai oleh investor karna menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menunjukkan kinerja yang stabil sehingga mereka mampu
memprediksikan apa yang akan terjadi pada waktu waktu mendatang…
·
Penilaian kinerja dan kompensasi manajemen
Laba
adalah salah satu bentuk kinerja manajemen. Laba yang baik akan menaikkan
kinerja manajemen, dan tentunya bonus mereka.
·
Pergantian manajemen
Bisa
juga dikatikan dengna penilaian kinerja. Manajer lama akan berusaha menunjukkan
laba yang baik agar tidak diganti. Tetapi apabila diganti, bisa juga terjadi,
manajer yang baru akan menyisihkan sebagian dari laba tahun berjalan. Dengan
demikian laba menjadi lebih rendah. Laba yang rendah tersebut dapat disalahkan
ke manajer yang lama. Di kemudian hari, laba yang telah disisihkan, dapat
ditambhakan pada laba tahun yang akan datang, sehingga menunjukkan terjadinya
peningkatan laba, tentunya peningkatna dalam kinerja manajemen baru…
Beriktunya adalah bagiamana melakukan manajemen laba:
·
Menaikkan laba (income increasing)
Dapat
dilakukan misalnya dengan “simpanan” laba tahun sebelumnya ditambhakan ke laba
peridoe berjalan. Dapat juga dilakukan dengan mengakui penjualan yang
seharusnya masuk dalam penjualan tahun depan kedalam penjualan tahun berjalan
·
Menurunkan laba (income decreasing)
Misalnya
dengan meyisihkan laba, menaikkan biaya tahun berjalan
·
Big bath
Pendapatan tahun berjalan
“direndahkan” secara ektrim, dan pendapatan tersbut dtambahkan pada periode
selanjutnya sehingga menunjukkan peningkatan atau pemulihan yang sangat baik.
·
Cookie jar
Inilah
yang disebut dengan menyisihkan. Dan hasil penyisihan tersebut ditambakan ke
periode periode yang labanya relative rendah disbanding tahun sebelumnya.
·
Materialitas
Maeterialitas
menekankan pada jumlah nominal tertentu yang berpengaruh besar dalam mengubah
keputusan pemakai laporan keuangan. Akan tetapi, tidak ada batasan tertentu
dari konsep meterialitas. Sehingga perusahaan sering menggunakannya untuk
melakukan manipulasi. Di America hal ini dicegah degnan bebrapa peraturan,
misalnya sekalipun terdapat perubahan yang kecil (tidak material) tetapi akan
mengubah angka pendapatan atau laba, maka perubahan tersebut harus dicantukman.
·
Buyback, swap (pertukaran)
Perjanjian
untuk menjual asset atau penjualan tertentu tetapi disertai perjanjian bahwa
asset tersebut akan dibeli kembali. Dengan demikian, angka penjualan meningkat.
Tetapi setelah masa pelaporan, barnag tersebut dibeli kembali. Pihak yang
membeli akan mepoerleh komisi.
·
Penyesuaian waktu dengan perubahan standar
Seringkali
perubahan standar akuntansi tidak langsung disahkan dan diterapkan, ada jeda
waktu untuk penyesuaian. Jeda inilah yang dimanfaatkan. Pelaporan sebelum
perubahan standard an sesudah perubahan stadar akan menghasilkan angka yang
berbeda.
·
Konservatisme
Konservatif
berarti berhati hati. Umunya conthnya adlaah penilaian persediaan. Dengna
menggunakan FIFO, dengan asumsi harga barang terus naik, akan menghasilkan laba
yang lebih tinggi, sebaliknya apabila menggunakan LIFO, maka laba akan lebih
rendah. Namun standar akuntansi maupun aturan perpajakan telah menetapkan
metode yang boleh dipergunakan. Contoh lain dari konservtisme adalah biaya
peneltiaian dan pengembangan (litbang). Dengan menaikkan biaya litbang, maka laba
dapat berkurang dan sebaliknya.
Kemudian timbul pertanyaan apakah
manajemen laba dilarang? Tantu Tidak,. tidak
ada standar yang menyatakan melarang manajemen laba. Akan tetapi apabila dengan
melakukan manajemen laba akan mengantarkan pada pengambilan keputusan yang
salah, maka secara etik, hal itu merupakan pelanggaran. Tetapi sekali lagi,
belum ada peraturan.
Lalu apa hubungan earning management dengan earning
quality?..Dengan konotasi manajemen laba yang negatif, maka kita dapat
menyimpulkan, ketika laba yang disajikan merupakan hasil rekayasa, tentunya
kualitasnya lebih rendah, karena laba tersebut tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Hal ini sejalan dengan Pernyataan Standar Akuntnasi Keuangan (PSAK
no 01) yang menyatkan bahwa laporan keuangan haruslah menyajikan keadaan yang
sesungguhnya.
Bagaimana mengukur kualitas laba:
·
Dengan menggunakan model yang dikembangakan oleh Leuz et al
(2003)
Leuz
et al (2003) mengukur variabilitas laba. Semakin suatu laba stabil (tidak
variable, tidak berubah-ubaha) kadang diasosiasikan kualtias laba tersebut
lebih baik. Cara mengukurnya adalah dengan mengukur rasio standar deviasi laba
operasi terhadap standar deviasi kas dari hasil operasional. Semakin kecil
rasionya, menunjukkan adanya income smoothing, sehingga kualitas laba kurang
baik.
·
Model Penman (2001)
Model
ini meruoakan yang paling sederhana. Caranya adalh dengna mengukur rasio kas
dari operasi terhadap pendapatan atau penjualan. Semakin besar rasio, maka
semakin baik kualitas laba.
·
Discretionary accruals
Digunakan
juga oleh Balsam et al (2003). Termasuk slaah satu yang rumit. Dengan meregresi
perubahan total accrual sebagia variable independen dan perubahan
pejualan, perubahan PPE, peruabahan total asset, perubahana kas dari
opersaional sebagai variable independen. Jika hasilnya adalh signifikan maka
terdapat earning management, sehingga kualitas laba kurang baik. Dan masih ada
metode metode lainnya.
Manajemen laba berkonotasi negatif dan dihubungkan dengan
kualitas laba. Ketika laba dimanage atau diatur sedemikian rupa sehingga
mengelabuhi pengguna laporan keuangna, maka laba yang disajikan berkualitas
rendah. Kualitas laba sebaiknya diukur dengan beberapa metode sehingga
menunjukkan hasil yang dapat disimpulkan tidak hanya dari satu pengukuran.
Penelitain Abdelghany (2005) menunjukkan bahwa tidak semua laba yang dinyatakan
rendah kualitas menurut satu metode adalah juga tidak berkualitas berdasarkan
metode lainnya.



1.
Laba Bank BUMN Anjlok 66 Persen
15 Agustus 2005
Kompas, 13 Agustus 2005
Pertumbuhan laba bank berstatus badan usaha milik negara terus menyusut sepanjang semester pertama 2005. Pada semester II, kondisinya diperkirakan tidak lebih baik karena pertumbuhan ekonomi mulai melambat dan suku bunga kredit cenderung naik.




Karena
menguasai 40 persen pangsa aset industri perbankan nasional, kemerosotan bank
BUMN telah menyeret jatuh laba industri perbankan secara keseluruhan. Laba
bersih perbankan nasional per Juni 2005 hanya Rp 12,03 triliun, turun 25 persen
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Anggota
Komisi XI DPR, Dradjad Wibowo, Jumat (12/8) di Jakarta, menjelaskan, terdapat
sejumlah faktor yang membuat laba bersih bank BUMN anjlok.
Pertama,
menurunnya citra bank BUMN akibat berbagai kasus kredit macet yang berujung
pada penahanan sejumlah mantan bankir bank BUMN. Kedua, diterapkannya Peraturan Bank Indonesia No 7/2/2005 tentang
penilaian kualitas aktiva bank umum yang mengusung konsep penyeragaman
kolektibilitas kredit yang disalurkan untuk debitor atau proyek yang sama.
Menurut Dradjad, kejatuhan citra
membuat bank BUMN kehilangan kepercayaan masyarakat. Nasabah penabung dan
debitor banyak yang meninggalkan bank pelat merah. Akibatnya, laju penyaluran
kredit bank BUMN terhambat.
Dalam
semester pertama 2005, bank BUMN hanya menyalurkan kredit Rp 19 triliun, lebih
rendah dibandingkan dengan periode sama 2004 senilai Rp 20 triliun.
Bank
BUMN yang mendapat tekanan paling berat adalah Bank Mandiri dan BNI. Per Juni
2005, laba bersih BNI jatuh 40 persen dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Bank Mandiri belum memaparkan kinerja semester pertama. Namun,
labanya pada triwulan pertama anjlok 70,2 persen dibandingkan dengan posisi
sama tahun 2004. Bank BUMN lainnya, seperti BRI, tetap mencatat pertumbuhan
laba.





Dalam
artikel di atas dikatakan bahwa anjloknya laba Bank BUMN dikarenakan citra
kinerja Bank BUMN yang kurang baik, yang berakibat berbagai kasus kredit macet
yang berujung pada penahanan sejumlah mantan bankir bank BUMN dan akibat dari diterapkannya
Peraturan Bank Indonesia No 7/2/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank
umum yang mengusung konsep penyeragaman kolektibilitas kredit yang disalurkan
untuk debitor atau proyek yang sama.
Akibat
dari tersebut diatas Bank BUMN ditinggalkan dan kehilangan kepercayaan masyarakat.
Nasabah penabung dan debitor banyak yang meninggalkan bank pelat merah

2.
Laba Bersih Astra Melejit 43% di Tahun 2010
Friday,
February 25th, 2011
oleh : Eddy Dwinanto Iskandar
oleh : Eddy Dwinanto Iskandar




Di divisi otomotif kontribusi laba
bersih Astra dari Divisi Otomotif tahun 2010 meningkat sebesar 55% dibanding
tahun sebelumnya menjadi Rp 7,1 triliun. Total penjualan mobil nasional
sepanjang tahun 2010 mencapai hampir 765.000 unit, meningkat 57% dibandingkan
tahun sebelumnya mencapai 486.000 unit. Porsi penjualan mobil Astra dengan
merek Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Diesel dan Peugeot, meningkat 52% menjadi
sebesar 426.000 unit atau meraih pangsa pasar penjualan mobil nasional sebesar
56%, sedikit menurun dibandingkan tahun 2009 yaitu 58%. Astra meluncurkan
beberapa mobil terbaru di kuartal 4, yaitu Toyota New Rush, Daihatsu New Terios
dan the New MPV Peugeot 5008.
Sementara itu, total penjualan sepeda
motor nasional naik 26% mencapai hampir 7,4 juta unit pada tahun 2010 dari 5,9
juta unit pada tahun sebelumnya. PT Astra Honda Motor (AHM) mencapai kenaikan
penjualan sepeda motor sebesar 26% menjadi 3,4 juta unit dibandingkan tahun
sebelumnya 2,7 juta unit, sehingga AHM tetap memimpin penjualan motor nasional
dengan pangsa pasar sebesar 46%. AHM sepanjang kuartal ke empat 2010 telah
meluncurkan tipe terbaru, yaitu The New Honda CS1 dan New Honda Blade.
Sementara itu PT Astra Otoparts Tbk
(AOP), anak perusahaan yang 95,7% sahamnya dimiliki Perseroan, bergerak di
bidang manufaktur komponen otomotif membukukan laba bersih Rp 1,1 triliun, naik
49% dibandingkan tahun 2009.




Lalu kontribusi laba bersih Astra dari
Divisi Alat Berat dan Pertambangan naik 2% menjadi Rp 2,3 triliun. PT United
Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatatkan
laba bersih senilai Rp 3,9 triliun, terdapat sedikit perubahan dibandingkan
periode yang sama tahun 2009. Peningkatan bisnis yang cukup signifikan
ditunjukkan oleh penjualan Komatsu dengan penjualan mencapai 5.404 unit
sepanjang tahun 2010, atau kenaikan sebesar 74% dari periode yang sama
sebelumnya 3.111 unit.
Peningkatan laba UT ini disertai dengan
pengurangan kontribusi dari kontrak penambangan batu bara anak usahanya, PT
Pamapersada Nusantara (Pama). Namun demikian Pama berhasil melampaui target
produksi batu bara dengan peningkatan sebesar 14% menjadi 78 juta ton dan
peningkatan overburden removal sebesar 9% menjadi 651 juta bcm,
sekalipun kondisi cuaca tidak menguntungkan dan disertai pula dengan pelemahan
nilai US Dollar. Melalui tambang yang dimiliki sendiri, Pama berhasil menjual
2,6 juta ton batu bara selama tahun 2010.




PT Marga Mandalasakti, operator jalan
tol yang 79% sahamnya dimiliki oleh Perseroan melaporkan kenaikan volume trafik
sebesar 7% menjadi 29,4 juta kendaraan. Sementara itu PT Serasi Autoraya
(SERA), yang 100% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mengalami peningkatan
keuntungan usaha yang didukung oleh adanya kenaikan penjualan kendaraan rental.
Kontribusi laba bersih dari Divisi
Teknologi dan Informasi meningkat 75% menjadi Rp 90 miliar. PT Astra Graphia
Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki Perseroan, perusahaan yang menggeluti bidang
teknologi informasi dan sebagai agen tunggal peralatan Fuji Xerox di Indonesia
ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 118 miliar, atau naik 77%
dibandingkan tahun sebelumnya.
“Atas nama Direksi, saya mengucapkan
terima kasih kepada 145.154 karyawan Grup Astra di seluruh Indonesia. Kinerja
Astra yang semakin membanggakan ini merupakan hasil dari kerja keras dan
dedikasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Pada kesempatan yang baik ini saya
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pelanggan, pemegang saham dan
relasi bisnis atas kepercayaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini,” ujar
Prijono Sugiarto.






Komentar
Posting Komentar